Thursday, February 24, 2011

4

Danau yang Terancam Punah // Photo story by Angger Bondan

Tak hanya hewan yang bisa terancam punah, danau pun bisa terancam punah di Indonesia. Danau Limboto terletak di Gorontalo, Sulawesi Utara. Tiap tahun Danau Limboto mengalami pendangkalan dan penyusutan luas. Dahulu kedalaman danau mencapai delapan meter, kini kedalamannya berkurang drastis hanya mencapai tiga meter. Danau yang jernih kini menjadi keruh, ikan-ikan khas Gorontalo seperti ikan payangga, ikan mangga bai, ikan saribu, dan juga ikan kabos alias gabus kini sulit untuk ditemukan.
Para ahli memprediksi Danau Limboto hanya akan bertahan 10 tahun lagi. Sedimentasi, serangan gulma enceng gondok, dan makin luasnya areal permukiman di bantaran danau menjadi penyebab utama terancam punahnya Danau Limboto. Tanpa ada langkah konkret dari pemerintah dan masyarakat untuk melakukan penyelamatan, Danau Limboto hanya akan jadi kenangan.
Foto & Teks: Angger Bondan


Keramba

Ikan Nila

4 comments:

Tuesday, February 22, 2011

5

Upacara Adat Wahyu Kliyu // Photo Story by Andika Betha Adhikrisna

Wahyu Kliyu! Wahyu Kliyu!”teriak serombongan warga laki-laki sembari melemparkan satu persatu potongan apem ke tengah arena ritual.

Malam itu suasana dusun Dusun Kendal, Jatipuro, Karanganyar, Jawa Tengah ramai oleh hiruk pikuk di rumah seorang tokoh masyarakat setempat.

Pada hari biasa, dusun itu hanyalah bagian dari sebuah wilayah sepi di kaki selatan Gunung Lawu. Letaknya yang jauh dan akses jalan yang rusak serta minim penerangan membuat orang luar enggan berkunjung ke sana.

Namun suasana berbeda akan terasa pada malam ke 15 bulan Sura, penanggalan Jawa. Tiap tahunnya, warga Dusun Kendal melaksanakan Upacara Adat “Wahyu Kliyu”. Keramaian terjadi sejak siang hari dan mencapai puncaknya pada sekitar tengah malam, saat ritual melempar apem berlangsung.

Ada legenda lokal yang meyakini tradisi ini merupakan solusi atas musim paceklik dan bencana yang melanda dusun Kendal ratusan tahun lalu. Pernah suatu ketika warga desa lalai untuk melaksanakan upacara ini, dan paceklik pun terjadi.

Istilah “Wahyu Kliyu” sendiri juga diyakini berasal dari ucapan dzikir “Yaa Hayyu Ya Qayyuum” yang artinya permohonan keselamatan kepada Tuhan. Dan kemudian tradisi ini diturunkan dari generasi ke generasi berikutnya di mana tidak ada yang berani melanggarnya.

Jaman sudah berganti, kebudayaan juga telah berkembang. Namun hanya hingga saat ini kearifan lokal ini masih dipercaya mampu menjawab tantangan kehidupan alam tandus di Jatipuro. Dan yang pasti masyarakat tetap setia dengan apa yang menjadi peninggalan nenek moyang mereka.

(Foto dan Teks: Andika Betha Adhikrisna/11)








5 comments:

Saturday, February 19, 2011

5

Berebut Sebaran Apem “Yaa-Qawiyyu” // Photo Story by Herka Yanis Pangaribowo

“Yaa-Qawiyyu” merupakan tradisi yang diperkenalkan Kiai Ageng Gribig tradisi sejak zaman Mataram Islam. Tradisi yang dilaksanakan setiap Bulan Sapar (penanggalan Jawa) ini digunakan sebagai sarana penyebaran agama Islam.

Dalam pelaksanaannya, dua gunungan kue apem yang akan disebar diarak dari Masjid Gede hingga ke lokasi di Sendang Plampeyan, Jatinom, Klaten, Jawa Tengah. Santri yang mengenakan baju putih bertugas menyebarkan sekitar 4,5 ton kue apem yang telah didoakan. Masyarakat rela berdesakan untuk mendapatkan kue apem yang dipercaya dapat membawa berkah tersebut. Selain dimakan ditempat, kue apem itu ada yang dibawa pulang untuk ditanam di sawah/ladang. (Herka Yanis Pangaribowo/11)











5 comments: