Saturday, May 10, 2008

0

Bancaan Untuk Buah Hati /// Photo story by Stefanus Ajie

Terdengar suara nyaring seorang ibu berseru, “Bancaan nggih Cah nggih…!” Anak-anak kecil mulai berdatangan mengerumuni tumpeng yang terbuat nasi urap. Seorang ibu memimpin jalannya upacara. Ia berseru kepada kerumunan anak-anak itu bahwa ujub dari bancaan ini dilakukan untuk mendoakan kesehatan dan keselamatan seorang anak yang bernama Mora. Anak-anak yang ada disitu di minta supaya menemani Mora bermain dan menjaganya. Setelah semuanya anak serentak menjawab Ya!, sebagai imbalan dari janji kesediaan anak-anak tadi, maka nasi urap dan jajan pasar itu dibagikan dalam wadah yang disebut pincuk.
Bancaan adalah sebuah upacara sederhana dari masyarakat jawa yang menyertai dari tahap-tahap perkembangan seorang anak. Bancaan biasa dilakukan untuk memperingati hari lahir berdasarkan pada hari pasaran penanggalan jawa, ketika anak mulai berhenti menyusu pada ibunya (disapih ), atau saat-saat khusus seperti ketika seorang anak sakit-sakitan, ganti nama, dan lain sebagainya. Tradisi bancaan kian tidak populer di masyarakat jawa sekarang ini. Modernitas dan individualitas meminggirkannya. Padahal, dalam bancaan termuat makna gotong royong, yaitu ketika para ibu-ibu bersama-sama menyiapkannya. Bancaan juga sarana sosialisasi seorang anak terhadap lingkungan bermainnya. Bancaan adalah sebuah pelajaran tentang kebersamaan, kerukunan dan kesederhanaan melalui sebuah nasi urap yang dibagikan lalu dimakan bersama-sama (Stefanus Ajie)





































0 comments: